15 Maret 2013

Pemrograman Siaran Televisi


Pemrograman Siaran Televisi
(Tulisan tahun 2006, teknologi pemrograman setelah tahun itu penulis belum sempat mengikuti)

Output stasiun penyiaran televisi, yaitu mata acara. Mata acara inilah yang “dijual” kepada pelanggan, yaitu pemirsa televisi, dan banyaknya pemirsa yang nonton yang “dijual” kepada pemasang iklan. Oleh karena itu untuk selanjutnya yang berkaitan dengan output penyiaran televisi akan digunakan istilah programing.
Michael Saenz, dalam artikel Programming, www.museum.tv, menyatakan

The variety of television formats--and the continuing fluidity of television genres within this social process--stem from programming's status as a malleable form which can be developed for profit in often divergent ways. They stem, in short, from programming's status as a commodity. Commercial television generally profits from advertising revenues, which increase with audience size. Both local stations and networks thus devote considerable effort to structuring their programming to hold the largest desirable audi-ences possible. Programming strategies are not, of course, work concertedly not just to select attractive programming, but to sequence shows in a way which will hold audiences once they've tuned in. A number of tactics have been developed to build a profitable schedule.

Mata acara televisi komersial merupakan komoditas yang menghasilkan revenue dari iklan yang diperoleh dari pemasang iklan. Oleh karena itu para TV programmer selalu berusaha agar memperoleh jumlah penonton sebanyak mungkin. Strategi programming berkonsentrasi tidak hanya pada usaha menampilkan acara yang menarik, tetapi juga berusaha agar pemirsa tetap bertahan pada chanel tersebut dengan cara membuat rangkaian acara yang bisa menghasilkan keuntungan.
Produk langsung stasiun penyiaran televisi swasta (komersial) berarti acara yang menarik dan susunan acara yang menarik pula. Jenis mata acara televisi antara lain: drama (di Indonesia disebut sinetron), berita, olah raga, musik, features, variaty show, reality show, talk show, kuis, documentary, kartun, informercial, infotainment, dll. Sedangkan susunan acara masing-masing jenis program dan karakteristik program tersebut disesuaikan dengan waktu penonton. Jumlah penonton masing-masing program itulah nanti yang akan menjadi produk yang ditawarkan ke pemasang iklan sesuai dengan target pasar masing-masing pemasang iklan  Hal ini  seperti yang diungkapkan  dalam artikel Television Programming www.cybercollege.com:
Advertisers typically do not buy advertising time in programs based on their personal likes and dislikes about a show. Often, they won't even know in what shows their commercials will appear. They base their decisions on audience numbers and demographics. They want to know how many of the "right kind of people" (age, sex, socioeconomic status, urban-rural, etc.) will be watching their commercials.

Jadi produk yang sebenarnya yang ditawarkan kepada pelanggan untuk mendapatkan keuntungan adalah jumlah pemirsa pada masing-masing mata acara. Dengan bahasa lain produk stasiun televisi komersial adalah TV rating (prosentase pemirsa, yang menonton suatu mata acara televisi, terhadap keseluruhan populasi), dan TV Share (prosentase pemirsa, yang nonton suatu mata acara televisi, terhadap populasi yang sedang menonton televisi saat itu).
Dikutip dari www.cybercollege.com dalam artike TV Networks and Ratings:
RATING - A rating is the percent of households tuned to a particular program from the total available TV households in a designated area. In this example there are 500 households tuned to program "A" out of a possible 2,800 (all of the TV households represented in the pie). By dividing the larger number (2,800) into the smaller (500) we get a percent; in this case 17.86. So the rating of program "A" is 18. (Since ratings are in terms of percentages, you don't need to say "percent," just 18.)

SHARE - A share is the percentage of TV households with sets turned on that are watching your program. In the case of program "A" you divide 1,600 into 500 and get 31 as the audience share for program "A". The share for program "B" would be 18.75 or 19. In the above example 1,600 represents the HUTS, or Homes Using Television out of the total TV households in the designated area. In this case HUTS = 57% (1,600 / 2,800).

            Untuk mengetahui TV share dan TV rating perlu diadakan riset secara terus menerus terhadap pemirsa TV. Di Indonesia hanya 8 kota besar yang dilakukan riset oleh AGB Nielsen. Hasil riset tersebut menjadi acuan bagi para pemasang iklan. Mengingat bahwa produk TV sebenarnya yang dijual kepada pemasang iklan adalah jumlah penonton, maka TV share dan TV rating sangat penting bagi pemasang iklan tersebut. TV rating akan menentukan Cost per point (CPP) atau Cost per rating point (CPRP) yaitu biaya iklan per 1 persen jumlah populasi yang diriset  yang dikeluarkan oleh pengiklan terhadap produk yang diiklankan.
Cost-Per-Point (CPP) is one of  methods of evaluating media efficiency. CPP is a ratio based on how much it costs to buy one rating point, or one percent of the population in an area being evaluated.

Cost-per-point is calculated by using the following formula:
CPP=     Cost of advertising schedule purchase
        Gross Rating Points(GRPs or “grips”)


Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku stasiun penyiaran televisi adalah mata acara berupa video audio yang tersimpan di dalam kaset, server, piringan digital, atau yang disiarkan secara langsung. Semua program yang akan disiarkan harus mempunyai hak siar, dan kepemilikannya harus jelas dalam mata acara  (UU No. 32 Th 2002) . Ada beberapa cara untuk mendapatkan bahan mata acara tersebut:
1)      Membeli.
o  Membeli mata acara siap tayang langsung dari rumah produksi (production house), distributor lokal dan internasional. Pembelian program  yaitu jumlah siar dalam kurun waktu tertentu.
o  Membeli mata cara dari stasiun lain
2)      Produksi (sendiri) / In House Production.
Produksi dalam terminologi televisi yaitu proses membuat mata acara. In House Production, pembuatan mata acara dilakukan oleh stasiun televisi itu sendiri.
3)      Kerja Sama.
o   Stasiun bekerja sama dengan pihak lain untuk memproduksi suatu mata acara untuk ditayangkan dengan biaya ditanggung bersama atau bagi hasil penjualan iklan.
o   Stasiun bekerja sama dengan stasiun lain untuk memproduksi suatu program untuk ditayangkan bersama dengan biaya ditanggung bersama.
o   Barter mata acara dengan stasiun lain
4)      Blocking time.
o   Pemasang iklan menyiarkan mata acara dengan cara membeli jam tayang.
5)      Hibah/Bantuan.
o   Ada juga pihak yang mau memberikan hak siar suatu mata acara secara gratis kepada stasiun penyiaran televisi, biasanya berkenaan dengan kampanye suatu hal (agama, lingkungan hidup, sosial, dsb.).

Pilihan Kombinasi Masukan
Dalam dunia pertelevisian kombinasi masukan untuk menghasilkan produk berbeda dengan kombinasi masukan pada produksi manufaktur. Komponen yang harus diperhitungkan secara matang dalam menghasilkan “produk” setasiun penyiaran televisi yaitu:
1)      Jam Siaran. Jam siaran menentukan jumlah jam program yang harus disediakan.
2)      Jenis (genre) Program. Menentukan jenis program yang paling diminati oleh “pelanggan” (pemirsa) pada masing-masing segmen yang telah ditentukan.
3)      Perancangan Acara. Perancangan acara jangka panjang yang menjadi dasar bagi penyusunan acara, yaitu penentuan pola acara secara umum untuk masing-masing jenis program yang akan ditempatkan pada belt waktu tertentu. Perancangan ini sangat menentukan jenis program yang akan diadakan / dibeli. Perancangan ini bisa membentuk citra stasiun seperti apa di mata pemirsa dan mempengaruhi pola tonton pemirsa. Perancangan mata acara memerlukan keahlian khusus diengan dasar hasil riset, dan dibantu dengan tingkat feeling dan intuisi yang tinggi. Tidak ada teori yang mengajarkan dan menjamin kesuksesan pemolaan mata acara televisi.
4)      Penyusunan Acara. Penyusunan acara berdasarkan pada perancangan acara. Rancangan yang sudah ada diisi dengan detail judul atau nomer episode bisa berdasarkan urutan, masa tertentu, atau trend pada masyarakat. Susunan acara  dilakukan secara hati-hati karena berhapan langsung dengan kompetitor lain
5)      Pengadaan Program. Pengadaan program dengan memproduksi sendiri, atau membeli. Pengadaan ini berhubungan erat dengan biaya investasi dan biaya operasional.
Strategi Programming
Ada beberapa konsep pemrograman televisi untuk mendapatkan pemirsa sebanyak-banyaknya, karena pemasang iklan tidak “membeli mata acara”, tetapi membeli jumlah pemirsa yang sesuai dengan target pemasarann produknya, antara lain:
1)          Block Programming. Jadwal mata acara yang sejenis berurutan, menahan pemirsa untuk tetap pada kanal yang dipilih
2)          Counter Programming. Memberi alternatif mata acara yang berbeda dengan mata acara pesaing.
3)          Strong Lead-In Menarik pemirsa untuk menonton mata acara berikutnya dengan menyuguhkan mata acara yang populer (banyak pemirsanya).
4)          Hammocking Menempatkan mata acara baru di antara dua program yang sudah populer untuk mendapatkan peluang pemirsa terbanyak.
5)          Stunting. Perubahan jadwal yang disengaja untuk mengganggu pola kepemirsaan yang telah mapan dengan memberi program-program unggulan atau spesial.
6)          Tent-poling. Seperti Hammocking, menempatkan dua program mengapit program yang terkenal.
7)          Teori Paul Klein “L.O.P” “least objectionable program”.Pemirsa yang tidak menunggu / menonton mata acara tertentu, teapi menonton TV dan mencari mata acara yang paling diminati. (http://academic.udayton.edu/)
Pengambilan keputusan penentuan jenis program, perancangan dan penyusunan acara memerlukan perhitungan yang matang dan dilakukan oleh tenaga profesional. Dengan dasar teori di atas segala sesuatunya telah dipertimbangkan sebelum rencama-rencana dieksekusi.

Teknologi Televisi

Teknologi Televisi
(Tulisan tahun 2006, teknologi setelah tahun itu belum sempat mengikuti)

Peralatan dan perlengkapan stasiun televisi sangat padat dengan teknologi. Pemilihan teknologi harus tepat sehingga masih aplicable dalam beberapa tahun ke depan dan berkesinambungan dengan teknologi berikutnya. Teknologi televisi  setiap saat terjadi perubahan dan pengembangan. Hari ini yang dipilih teknologi yang paling mutakhir, belum sempat digunakan sudah ada teknologi yang lebih baru.
Teknologi
Teknologi televisi dikenal dengan istilah analog dan digital.  Kedua teknologi tersebut saat ini digunakan bersamaan. Teknologi analog dan digital untuk aplikasi dalam dunia audio video dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)       Analog.
Menurut kamus Webster’s, analog adalah …designating or of electronic equipment, recording, etc. in wich the signal corresponds to a physical change… Menurut http://techmind.org analogue is used to describe system wich operate using the principal of signals whose characteristic varies in proportion to some other function which they represent. Situs lain, www.wikipedia.org menjelaskan bahwa an analog or analogue signal is any variable signal continuous in both time and amplitude. It differs from a digital signal in that small fluctuations in the signal are meaningful. Analog is usually thought of in an electrical context, however mechanical, pneumatic, hydraulic, and other systems may also use analog signals.
Analog, mengkopi apa semuanya. Semua informasi dan data yang dibutuhkan atau tidak, akan disajikan., oleh karena muncul gangguan (noise) dari informasi yang tidak diperlukan tadi:
The analog signal is a continous function of independent variabls.The analog signal is defined for every instant of independent variable and so magnitude of independent  variable is continous in the specified range. here both the independent variable and magnitude are continous. http://www.niceindia.com/qbank/Digital_Signal_Processing.doc

Hasil rekaman secara analog sebagus apapun kualitasnya akan mengalami penurunan mutu pada saat direkam ulang atau ditransmisikan, hasilnya tidak sebagus aslinya. Hal ini terjadi karena melemahnya  amplitudo (kekuatan)  gelombang yang dipancarakan, dan karena alat pembawa sinyal tersebut menimbulkan noise tersendiri. Dalam batas tertentu, hasil kopi atau penerimaan sinyal yang tidak sebagus aslinya, dapat dikurangi dengan shielding, kabel yang baik, dan penyambungan yang tepat. Tetapi dalam kondisi tertentu, kelemahan tersebut sudah tidak dapat diatasi lagi.
2)      Digital.
Menurut kamus Webster’s, digital adalah designating or of a recording technique in wich the sound or images are coverted into groups of electronic bits and stored on magnetic  medium: the group of bits are read electronically as by a laser beam, for reproduction. Menurut http://techmind.orgrefers to systems which process number. In the case of digital recording or transmission a numerical description of the original signal is made, and it is this driscription which is stored.  Situs lain, www.wikipedia.org menjelaskan bahwa a digital system is one that uses numbers, especially binary numbers, for input, processing, transmission, storage, or display, rather than a continuous spectrum of values (an analog system) or non-numeric symbols such as letters or icons.
Digital yang direkam ulang atau ditransmisikan dengan cara digital hasilnya sama dengan aslinya. Data dan informasi ditransmisikan dengan diubah menjadi kode nol dan satu. Pada pesawat penerima nol dan satu tersebut diubah ulang menjadi informasi seperti semula, tanpa noise.
Rekaman digital adalah sampling process, maksudnya hanya “contoh” sinyal yang disimpan. Contoh dalam rekaman suara dengan kualitas CD, contoh sinyalnya di rate 44,1 KHz, atau 44.100 kali per detik. Ini kualitas terendah digital audio, namun tanpa desis seperti kualitas rendah  rekaman analog. Dalam rekaman digital yang profesional, sudah menggunakan rate yang lebih tinggi: 48,0 KHz, 88,2 Khz, bahkan paling baru sudah pada 192 Khz  (th 2006) (www.jmudloff.org).
Namun kalau berbicara kualitas tanpa memperhatikan faktor lain, (biaya, besarnya alat, waktu pekerjaan) analog tak bisa ditandingi oleh digital, “Sebenarnya rekaman PH (piringan hitam)  terburuk masih lebih bagus daripada rekaman CD terbaik”, dan teknologi saat ini belum mampu membuat rekaman CD yang mutunya menyamai Piringan Hitam (Kompas, 13 Nov, 2005). Faktor utama pengambilan keputusan pemilihan antara analog dan digital yaitu biaya:

Digital mempunyai kelebihan dibandingkan dengan analog:
1)      Penerimaan sinyal (audio video) lebih bagus karena sama dengan aslinya (tidak ada noise), tidak ada penurunan mutu.
2)      Memudahkan pekerjaan, hasilnya sesuai keinginan:
Langsung upload ke editing system
Error-correction.circuity mengurangi masalah dropout
Bisa membuat efek nyaris tanpa batas
Pekerjaan lebih cepat dan bisa simultan
3)       Bisa dipadatkan (compressed), menguntungkan pada penyimpanan perawatan, dan pengiriman (transmisi).
4)      Membutuhkan alat kerja dan ruang yang lebih sedikit

Sistem Warna
Sistem warna (color encoding) televisi ada 3 yaitu NTSC, PAL, dan SECAM:
1)      NTSC. National Television System Committee, yang diciptakan di Amerika menggunakan 525 garis transmisi per frame, yang dipakai untuk gambar 480 garis sisanya untuk data yang lain, dan 30 frame per detik. NTSC mempunyai beberapa varian, yaitu M, A, dan J. Negara utama pemakai NTSC yaitu Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Taiwan.
2)      PAL. Phase Alternating Line, pertama kali digunakan di Jerman sebagai perbaikan dari sistem NTSC. Informasi sinyal video dibalik dengan garis vertikal secara otomatis untuk mengoreksi phase warna yang salah pada saat ditransmisikan dengan cara membatalkannya, dan mata kita tidak mampu mendeteksi pengurangan resolusi warna vertikal tersebut. PAL mempunyai 625 garis per frame (yang dipakai untuk gambar 576, sisanya dipakai untuk informasi lain), dan 25 frame per detik. Varian PAL yaitu B, G, H, I dan N. Sistem PAL paling banyak digunakan di belahan dunia.
3)        SECAM. Sequentiel Couleur avec Memorie, rangkaian warna dengan memori. Perbedaan SECAM dan PAL yaitu bahwa SECAM mengirim hanya satu sinyal sinyal warna sekali kirim dan menggunakan informasi warna lain dari garis sebelumnya, sedangkan PAL mengirimkan langsung tiga warna. SECAm pertama kali ditemukan di Perancis, karena tidak mau menggunakan standar Amerika.  Jumlah garis fer frame dan jumlah frame per detik sama dengan PAL. Negara pemakai sistem SECAM yaitu Perancis, Rusia, Timur Tengah, dan Eropa Timur (sekarang Eropa Timur telah beralih ke PAL).

Format
Telivisi atau audio mempunyai beberapa format, semula format berhubungan dengan jenis video tapes, media penyimpan hasil rekaman yang akan ditayangkan di televisi dalam bentuk pita magnetik (www.wikipaedia.org).
Analog
1)      Open Reel. Mesin Videotape pertama yaitu Quadruplex yang diperkenalkan oleh Ampex di Amerika pada tahun 1956. Lebar pita 2 inci (5,08cm). Pemakaian pita ini berlansung sampai sekitar 20 tahunan, walau pita ini cenderung ringkih, cepat rusak, dan mahal. Pada akhir tahun 1970-an, diperkenalkan format pita baru baru yaitu yang disebut C-format vediotape, dengan lebar pita 1 inci.
2)       U-Matic. Pada tahu 1969, Sony memperkenalkan video kaset yang pertama composite U-matic system, yang selanjutnya disebut Broadcast Video U-matic (BVU). Lebar pita U-matic ¾ inci. Sampai awal tahun 1990-an format U-matic masih digunakan untuk beberapa program acara yang ditayangkan televisi di Indonesia.
3)      Betacam SP. Keluarga Betacam component video diperkenalkan Sony pada tahun 1982. Lebar pita Betacam ½ inci. Betacam SP, format yang begitu populer, sampai sekarang yang paling banyak digunakan oleh semua stasiun televisi komersial di Indonesia.

Digital
Ada banyak format digital yang dikembangkan oleh banyak perusahaan (http://www.cybercollege.com):
1)      Format "D"
      D1, dikembangkan oleh Sony pada tahun 1986. D1 merupakan format digital pertama dan tidak ada penurunan kualitas pada saat dilakukan penyuntingan (editing) bila dibandingkan dengan analog. Walaupunteknologi sudah maju, D1 dianggap tetap “tak ada kompromi” untuk membuat efek-efek khusus yang dibutuhkan pada saat pascaproduksi.
      D-2, diperkenalkan oleh Ampex Corp., mengikuti langkah D1. Format ini sudah menggunakan kompresi (compression). Walau ada sedikit penurunan mutu gambar namun format ini sudah banyak kesulitan teknis.
      D-3, dikeluarkan oleh Panasonic pada tahun 1991, menggunakan pita ½ inci yang kecil, maka format ini digunakan pertama kali untuk kamera digital. 
      D-5, (tidak ada D-4 karena 4 merupakan angka pantangan untuk kepercayaan bangsa-bangsa timur jauh), dikeluarkan oleh Panasonic pada tahun 1993, karena format D3 tidak sesukses harapan mereka, dan untuk menyaingi format Betacam digital produk Sony. D-5 mempunyai banyak kelebihan secara teknis, masuk di arena peralatan hi-end,juga  memenuhi syarat untuk signal HDTV, dan  merupakan saingan pertama kualitas “tak ada kompromi” D-1. 
      D-6, format kaset digital menggunakan pita kaset 19mm helical-scanuntuk merekam materi  uncompressed high difinition television.
      D-7, Panasonic DVCPRO, menggunakan ukuran DV dan mempunyai banyak kelebihan, kelebihan utamanya yaitu bisa bekerja langsung pada PC, yang mempunyai drive khusus, untuk penyuntingan. Isi kaset dapat ditransfer pada komputer empat kali lebih cepat dari pada kecepatan biasa. Untuk mutu yang lebih tinggi, Panasonic mengeluarkan DVCPRO50.
      D-9 (Digital-S), pengembangan dari S-VHS JVC, menggunakan head yang terpisah untuk rekaman dan putar ulang. Hal ni memungkinkan sinyal yang terekam pada detik yang berbeda setelah direkam. Di samping itu pemakai bisa memutar ulang bersamaan dengan memberi title atau efek dan langsung terekam. (tidak ada D8, karena bisa membingungkan dengan DA88, kaset audio 8 track)
2)      DVCAM , Digital Betacam
      DVCAM, buatan Sony adalah adaptasi profesional untuk format  DV dengan memasukkan beberapa perbaikan yang sama dengan DVCPRO. DVCAM memasukkan  koneksi "iLink" yang memungkinkan alat perekamnya (recorder) dicolokkan langsung ke komputer untung penyuntingan.  Mesin DVCAM dapat memutar ulang (play back) format  DV dan DVCPRO.
     
      Digital Betacam, diperkenalkan oleh Sony  pada tahun 1993 sebagai pengganti Betacam analog yang sangat populer selama lebih dari 20 tahun. Lebar pitanya sama dengan yang analog, ½ inci. Walaupun Digital Betacam tidak bisa merekam dengan kaset Betacam SP (analog), namun bisa memutar ulang format tersebut.  Seperti Panasonic meningkatkan mutu DVCPRO dengan membuat DVCPR50 Betacam digital membuat seri SX  pada tahun 1996.
3)      DVD dan Solid-State recording
      Dua tehnik perekaman yang akan mempercepat kematian video tape, yaitu blue laser DVD dan solid-state memory-based PCMCIA cards. Akhir tahun 2002, Hitachi memperkenalkan format nirpita (tapeless) yang bisa merekam baik di solid-state computer RAM dan di DVD. Kombinasi ini memungkinkan merekam dan menyunting di lapangan. 
     DVD Sony menggunakan sistem blue laser light untuk merekam sampai 23.3 Gb data dalam satu disc, sekitar satu jam broadcast quality audio-video. Panasonic memperkenalkan  P2 professional grade solid-state recording di tahun 2004. Kamera Panasonic AJ-SPX800 “tidak ada yang bergerak” (berputar seperti kaset, piringan DVD) dan mempunyai slot sampai lima memory card.  Pada saat video selesai direkam card-nya dapat dipindahkan ke komputer. Keuntungan “tidak ada yang bergerak” ini anadal terhadap maslah lingkungan seperti kelembababn dan getaran., dan menggunakan catu daya yang kecil.
      Ada dua keuntungan dengan menggunakan  solid-state memory: beberapa model bisa diputar ulang dan  digital uploading untuk penyuntingan 20X kecepatan normal dan kameranya sangat kecil. Di samping solid-state mempunyai usia pemakaian yang lebih panjang dari videotape atau DVD.
4)      High-Definition Formats
      High-definition digital recorder pertama Sony HDD-1000. Perekam tanpa melakukan pemadatan data, menggunakan open reel tape 1-inci. Karena terlalu mahal, dan kurangdiminati maka digandti dengan HDCAM.  Panasonic dengan versi yang telah di-upgrade: D-5HD dan DVCPROHD.  DVCPROHD mempunyai kecepatan 4 kali dibandingkan dengan DVCPRO.  JVC dengan GR-HD1, menggunakan kaset  mini-DV.

5)      Ultra High-Definition Formats
      Kamera yang dibuat oleh DALSA mampu mebuat gambar dengan resolusi empat kali resolusi terbaik kamera HDTV. Menggunakan chip 2/3 inci, yang juga digunakan oleh sebagian besar kamera profesional, chip DALSA mampu  membuat area gambar lebih besar beberapa kali lipat dari gambar film 35 mm

Consumer Video Format
Format video keperluan pribadi (home use) yang sangat terkenal diantaranya:
1)  Analog
VHS, Video Home Service  sangat luas  pemakaiannya untuk dokumentasi pribadi dan perekaman film yang disewakan (di Amerrika).  
S-VHS, pengembangan VHS berikutnya yaitu banyak digunakan untuk peliputan berita karena murah dan gambarnya tidak begitu jelek.  Varian VHS dan S-VHS ada tambahan huruf C dibelakangnya yang berarti compact.
Betamax, dibuat oleh Sony, tapi perkembangan berikutnya kalah dengan VHS. Di Indonesia banyak digunakan untuk persewaan video sebelum VCD dan DVD beredar luas.
8mm, menggunakan pita kaset 8 mm didisain untuk rumah tangga. Keuntungannya kameranya jauh lebih kecil daripda VHS.
Hi8, pengembangan 8mm dengan kualitas yang lebih bagus. Kemunculan Hi8 untuk mengimbangi S-VHS.
2)   Digital
Mini DV, menggunakan pita kaset kecil dan proses pengerjaannya bisa langsung dikerjakan di komputer, bisa dibuat VCD atau DVD secara instan.
Digital 8, menggunakan kaset Hi8, hanya Sony yang membuat
RAM Recording, menggunakan disc DVD 8 cm untuk 30 menit rekaman. DVD-R hasilnya bisa langsung diputar di mesin DVD, tetapi hanya sekali pakai, tak bisa untuk rekaman lagi. DVD RAM, tidak bisa diputar di mesin DVD biasa tetapi bisa untuk rekaman lagi.
Micro MV, hanya Sony
HDV, dengan kaset mini DV menghasilkan kualitas HD